Fakta Unik Bus Malam

    Pernahkan diantara kalian terbayang suatu hal yang sering kita rasakan tapi sering tidak disadari? Postingan kali ini mencoba berbagi berbagai fenomena atas keunikan yang sering kita alami saat perjalanan menggunakan bus malam tetapi sering tidak kita sadari sepenuhnya.

1. Mesin & AC Jarang Dimatikan

    Saat perjalanan pulang pergi ke Bali Desember lalu menggunakan bus malam, saat pertama kali tiba di Pool OBL Kebayoran Lama pukul 12.30 siang, MB OH1526 tujuan Denpasar sudah menunggu di pelataran apron dengan kondisi mesin dan AC-pun sudah dinyalakan. Saat kaki melangkah di tangga pintu depan, terasa semilir AC yang cukup menyejukkan di tengah teriknya matahari di kala siang itu. Padahal jumlah penumpang yang sudah hadir di dalam cabin kala itu baru 4 orang termasuk gw & ms.nichole- partner setia perjalanan gw. 

Penampakan Mesin Bus berdampingan dengan AC Bus


     Pun begitu saat mampir di service makan 1, 2, 3, isi solar di SPBU, parkir di atas Ferry-pun kondisi mesin & AC tetap hidup, hanya lampu-lampu interior & eksterior yang dimatikan saat parkir. Ketika menonton berita di Tv belum lama ini dimana salah satu brand "budget airline" ternama tujuan Singapura yang tidak menghidupkan AC saat upload penumpang di Terminal 2, maupun sesudah Take Off sangat memilukan hati. Ketika pesawat sudah mengudara 30 menit sejak Take Off, emosi para penumpang sudah tidak terkendali lagi hingga sang Pilot memutuskan kembali lagi ke Airport tempat keberangkatan untuk bertukar pesawat. Akibat peristiwa itu munculah beragam spekulasi yang mengatakan bahwa kejadian tersebut dipicu karena melambungnya harga Avtur (BBM Pesawat) sehingga pihak maskapai harus melakukan efisiensi signifikan penggunaan BBM Avtur dengan cara mematikan AC selama penerbangan. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan pelayanan Bus Malam OBL saat liburan ke Bali kemarin yang "tidak rela" mengorbankan kenyamanan penumpangnya kepanasan saat baru naik ke dalam bus yang merupakan First Impression pelanggan baru mereka terhadap jasa pelayanan sebuah perusahaan otobus. Pesawat Terbang "Budget Airline" sebagai moda transportasi udara yang dibanggakan kecepatan dan efisiensi tiketnya yang mana nyaris menyamai dengan tiket bus malam Executive Class dengan rute sama justru banyak mengorbankan kenyamanan & pengalaman berkesan selama di perjalanan.
    Melalui tulisan ini gw begitu bersyukur sama Tuhan YME bahwa kegemaran gw bepergian dengan bus malam justru lebih banyak memberikan kebahagiaan dalam hidup karena banyak mendapatkan pengalaman berkesan walaupun harus dibayar dengan waktu tempuh yang lebih lama jika dibandingkan naik pesawat budget airline.

2. Sopir Jarang Kencing & Lapar

    Entah karena sudah terbiasa dengan rutinitas pekerjaan ataukah sudah terbentuk sebuah kebiasaan khusus, tetapi inilah realita yang terjadi pada keseharian profesi sopir bus malam selama di perjalanan antar kota antar propinsi. Jam istirahat service makan yang tidak menentu akibat kemacetan yang selalu menghadang di Pantura membuat para sopir bus malam harus terbiasa dengan pola makan tidak teratur. Konon katanya setiap kali mampir di Resto saat tiba service makan, para pak sopir harus menghindari porsi makan berlebihan untuk menghindari kekenyangan yang mempercepat rasa kantuk menyerang. Klo gw pribadi udah diterjang meriang & masuk angin disaat kelaparan bercampur dengan hawa dingin berjam-jam lamanya, he..he..  
     Ditambah lagi dengan temperatur AC harus dijaga agar cabin tetap dingin selama perjalanan membuat rasa ingin pipis selalu muncul, tapi lain halnya dengan kantung kemih para pak sopir yang mungkin sudah mampu "berhibernasi" gak lapar dan gak sering kebelet pipis selama di perjalanan. Gw sering tersadar saat berhenti di pinggir jalan toll beberapa saat disitulah pak sopir pipis sebentar dan sangat jarang menggunakan fasilitas Toilet Mini untuk para penumpang, mungkin jalan ke cabin belakangnya jauh kali ya dibanding keluar dari pintu depan.

Toilet Bus Malam
Toilet Bus Malam

3. Aplikasi Ban Radial

    Kondisi aspal jalan Pantura yang tidak selalu mulus, ranjau paku ulah orang iseng, atau benda asing yang terjatuh di jalan membuat resiko ban kempis/ gembos yang merupakan musuh semua jenis ban terutama ban bias (ban dalam). Jika ada salah satu ban yang kempis karena bocor ataupun meletus membuat perjalanan terganggu karena proses mengganti ban bus sangat menyita waktu.
   Saat OBL yang gw tumpangi masih parkir di Kebayotan Lama, terlihat kembangan ban yang "tidak biasa" dalam balutan velg steel mirip seperti kembangan ban mobil pribadi jenis Niaga/ MPV. Rupanya para operator bus malam memahami hal ini untuk meningkatkan kenyamanan penumpangnya selama di perjalanan dengan mengupgrade ke Ban Radial alias ban tubeless di 6 buah rodanya. 
Bentuk kembangan Ban Radial Bus mirip kembangan ban mobil pribadi

     Aplikasi ban tubeless memungkinkan bus terus melaju dengan tekanan angin walaupun kondisi ban tertusuk paku. Pengalaman di mbl gw klo tertusuk paku yang "non-paku ranjau" biasanya memerlukan waktu 12 jam hingga kondisi tekanan angin ban sudah betul-betul habis dan memerlukan penggantian ban cadangan atau mampir ke tukang tambal ban untuk penambalan lubang pada tapak ban.
    Seperti yang kita ketahui harga sebuah Ban Radial (ban tubeless) jauh lebih mahal dibanding Ban Bias (ban dalam), selain itu Ban Bias juga masih memungkinkan dilakukan vulkanisir jika permukaan tapak bannya telah habis untuk memperpanjang umur pemakaian. Lain halnya karakterisitik Ban Radial (tubeless) yang tidak bisa divulkanisir jika telah gundul tapak bannya, maka harus segera ganti baru. Jika yang terjadi adalah Pecah Ban maka baik Ban Radial maupun Ban Bias harus langsung diganti tanpa kompromi.

4. Serasa Hajatan Tiap Malam

    Bagi yang sering bepergian dengan bus malam, tidaklah heran melihat pemandangan Service Makan di Rumah Makan rekanan Perusahaan Otobus layaknya sebuah "hajatan" yang dilaksanakan menjelang malam hingga tengah malam. Tidak semua resto di Pantura bisa menjadi rekanan para PO Bus Malam karena persyaratannya harus memiliki tempat parkir yang luas untuk memudahkan bus keluar masuk silih berganti. Seperti yang terjadi di RM. Taman Sari- Pamanukan, puluhan bus beraneka ragam karoseri & livery memadati lahan parkir resto ini.
    Saat melangkahkan kaki kedalam resto barulah terlihat pemandangan unik ratusan orang mengantri makan prasmanan yang telah disediakan "calon mempelai" di resepsinya dalam sebuah hajatan besar. Di pelataran parkir lebih mirip Terminal Bus sungguhan, bukan lokasi parkir hajatan sesungguhnya yg lebih banyak dipenuhi mobil pribadi para tamunya. Uniknya lagi acara hajatan "sesaat" ini harus dituntaskan dalam kurun waktu 20 hingga maksimal 30 menit saja. Bagi yang harus membagi waktu terbatas itu untuk makan dan sholat tidak boleh terlalu lama jika tidak ingin ditinggal bus yang kita tumpangi.

Suasana Service Makan di Resto rekanan operator bus malam


   Gw punya temen kantor yang ritme mengunyah makannya sangat lambreta sekali butuh waktu minimal 30 menit untuk menghabiskan porsi makan kecilnya saja. Mungkin harus banyak berlatih untuk bisa menghadiri hajatan express saat Service Makan ala penumpang Bus Malam. Bedanya lagi dengan hajatan sungguhan, disini kita bukan memberikan Angpao di meja resepsionis melainkan menyerahkan kupon sobek yang tercantum di dalam Tiket Resmi untuk 1x service makan. Kebayang donk berapa banyak nasi & lauk yang harus disiapkan pihak rumah makan setiap malamnya hanya untuk melayani penumpang bus malam saja singgah mengisi perut diluar tamu lain pengguna mobil pribadi yang juga singgah.
Fakta Unik Bus Malam Fakta Unik Bus Malam Reviewed by beuritberdasi on 01.32 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.